Rendahnya Minat Baca Warga Indonesia Dan Peran Perpustakaan Online



A. RENDAHNYA MINAT BACA MASYARAKAT INDONESIA

Sebelum kita membahas tentang rendahnya minat baca warga Indonesia saat ini mungkin ada beberapa hal yang membuat orang enggan untuk membaca atau membeli buku. Mungkinn karena kesadaran tentang pentingnya membaca sangatlah minim, pendidikan sejak dini yang terbiasa jauh dari budaya membaca di rumah tangga, sibuknya mobilitas orang sehingga tidak ada waktu untuk membaca atau mengunjungi perpustakaan atau ke toko buku, bisa juga karena tidak mampu untuk membeli sebuah buku. Untuk itu perlu adanya penelitian lebih lanjuit mengapa rendahnya minat baca di Indonesia.

Minat baca masyarakat Indonesia tergolong masih sangat rendah. UNESCO pada 2012 melaporkan bahwa indeks minat baca warga Indonesia baru mencapai angka 0,001. Artinya dalam setiap 1.000 orang Indonesia, hanya ada satu orang yang memiliki minat baca. Indonesia hanya menerbitkan sekitar 24.000 judul buku per tahun dengan rata-rata cetak 3.000 eksemplar per judul. Dalam setahun, Indonesia hanya menghasilkan sekitar 72 juta buku. ”Dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia 240 juta jiwa, berarti satu buku rata-rata dibaca 3-4 orang,”

“Negara disebut maju dan berkembang kalau penduduknya atau masyarakatnya mempunyai minat baca yang tinggi dengan dibuktikan dari jumlah buku yang diterbitkan dan jumlah perpustakaan yang ada di negeri tersebut.”. Sedihnya, umumnya perilaku malas membaca itu didominasi oleh usia pelajar atau masih produktif. Rendahnya minat baca di kalangan pelajar sepertinya harus menjadi perhatian khusus masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia dituntut lebih kreatif untuk mendongkrak minat baca di kalangan pelajar.

Padahal, sudah tidak ada orang yang bisa meragukan manfaat membaca. Membaca akan menumbuhkan rasa ingin tahu, mengembangkan daya imajinasi serta meningkatkan kreativitas, selain juga akan membantu memahami pola dan metodologi penyusunan logika. Hal-hal tersebut akan sangat membantu para pelajar di masa depannya.

Sementara itu, dalam pergaulan, manfaat membaca buku akan membantu mereka untuk belajar mengekspresikan diri secara jelas dan penuh percaya diri. Selain itu, mereka juga akan siap dalam menghadapi kehidupan nyata serta belajar untuk menyikapi situasi atau lingkungan baru yang asing bagi mereka.

Di negara-negara maju di seluruh dunia, budaya membaca didorong pada anak-anak sejak usia dini. Orang tua dan pemerintah memahami bahwa kebiasaan membaca yang sehat sangat penting bagi generasi muda untuk bersaing di pasar global di masa depan.

Menurut data statistik pengunjung Perpusnas pada 2011, hanya 38.100 orang yang datang berkunjung. Dari jumlah tersebut, hanya 2.221 pengunjung yang berasal dari kalangan pelajar. Ini jumlah yang tak seberapa dari total jumlah pelajar di Indonesia. Tentu saja ini menjadi gambaran yang tidak terlalu menggembirakan mengenai minat baca di negeri ini.

Tujuan Membaca
Secara umum tujuan orang membaca adalah untuk mendapatkan suatu informasi (pengetahuan dan wawasan) baru. Namun, dalam kenyataannya terdapat tujuan khusus dari kegiatan membaca seperti yang diungkapkan oleh Darmono (2007:215), yaitu:
  1. membaca untuk tujuan kesenangan. Termasuk dalam kategori ini adalah membaca novel, surat kabar, majalah, dan komik. Menurut David Eskey tujuan membaca semacam ini adalah reading for pleasure. Bacaan yang dijadikan objek kesenangan menurut David adalah sebagai “bacaan ringan”,
  2. membaca untuk meningkatkan pengetahuan seperti pada membaca buku-buku pelajaran, buku ilmu pengetahuan. Kegiatan membaca untuk meningkatkan pengetahuan disebut juga dengan reading for intelectual profit, dan
  3. membaca untuk melakukan suatu pekerjaan, misalnya para mekanik perlu membaca buku petunjuk dan ibu-ibu membaca booklet tentang resep masakan. Kegiatan semacam ini dinamakan denganreading for work. Jadi, dari peryataan di atas sekiranya dapat diambil simpulan bahwa tujuan membaca sangat beragam tergantung dari jenis buku apa yang mau dibaca.

Minat Baca di Indonesia
“Membaca adalah jendela dunia. Dengan membaca, orang bisa menjadi lebih pintar, cerdas dan memiliki wawasan luas. Kalau kita berbicara mengenai minat baca, maka sudah sering  ditulis di berbagai media masa dan juga sering dibicarakan dan diseminarkan, namun  masih saja  topik ini masih sangat manarik dibicarakan, hal ini disebabkan karena sampai detik ini peningkatan minat baca masyarakat masih tetap berjalan ditempat walaupun disana-sini usaha telah dilakukan oleh pihak pemerintah dengan dibantu oleh pihak-pihak tertentu yang sangat berkaitan dengan minat baca masyarakat, seperti Guru, Pustakawan, Penulis, Media masa dan Gerakan Cinta Buku.  Padahal jika dicermati sejenak penerbitan majalah dan koran, dalam sepuluh tahun terakhir jumlah nama/judulnya sangat meningkat tajam. Mestinya semakin banyak penerbitan Koran dan majalah, maka akan berimbas pada peningkatan minat baca terhadap buku. Tetapi sayang, minat baca ini hanya sebatas peningkatan minat bacara masyarakat terhadap koran dan majalah saja. Sebagai masyarakat, khususnya masyarakat pendidikan  kita mesti bertanya, kenapa hal ini terjadi atau apa penyebabnya sehingga minat baca masyarakat Indonesia dikatakan rendah dan berjalan di tempat ?. 

B. FAKTOR - FAKTOR YANG MENDUKUNG DAN MENGHAMBAT MINAT BACA

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dan bisa menghambat masyarakat untuk mencintai dan menyenangi buku sebagai sumber informasi layaknya membaca koran dan majalah, yaitu:
  1. Sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat siswa/mahasiswa harus membaca buku lebih banyak dari apa yang diajarkan dan mencari informasi atau pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan di kelas.
  2. Banyaknya hiburan TV dan permainan di rumah atau di luar rumah yang membuat  perhatian anak atau orang dewasa untuk menjauhi buku. Sebenarnya dengan berkembangnya teknologi internet akan membawa dampak terhadap peningkatan minat baca masyarakat kita, karena internet merupakan sarana visual yang dapat disinosimkan dengan sumber informasi yang lebih abtudate,   tetapi hal ini disikapi lain karena yang dicari di internet kebanyakan berupa visual yang kurang tepat bagi konsumsi anak-anak.
  3. Banyaknya tempat-tempat hiburan seperti taman rekreasi, karaoke, mall, supermarket dll.  
  4. Budaya baca  masih belum diwariskan oleh nenek moyang kita, hal ini terlihat dari kebiasaan Ibu-Ibu  yang sering mendongeng kepada putra-putrinya sebelum anaknya  tidur dan ini hanya diaplikasikan secara verbal atau lisan saja dan tidak dibiasakan mencapai pengetahuan melalui bacaan. 
  5. Para ibu disibukan dengan berbagai kegiatan di rumah/di kantor serta membantu mencari tambahan nafkah untuk keluarga, sehingga waktu untuk membaca sangat minim. 
  6. Buku dirasakan oleh masyarakat umum sangat mahal dan begitu juga  jumlah perpustakaan masih sedikit dibanding dengan jumlah penduduk yang ada dan  kadang-kadang letaknya jauh.
Peran Orang Tua dalam menumbuhkan minat baca

Untuk mensiasati supaya masyarakat kita gemar membaca dan membaca adalah suatu kebutuhan sehari-hari, maka tidak ada jalan lain peranan orang tua sangat dibutuhkan dengan cara membiasakan anak-anak usia dini untuk mengenal apa yang dinamakan buku dan membiasakan untuk membaca.dan bercerita terhadap buku yang dibacanya. Hal ini harus dilakukan secara berulang-ulang dan terus menerus dengan harapan akan terbentuk kepribadian yang kuat  dalam diri si anak sampai dewasa, sehingga membaca adalah suatu kebutuhan bukan sekedar hobi melulu.

Peran Pemerintah dalam menumbuhkan minat baca
Peranan pemerintah daerah dibantu oleh kalangan dunia pendidikan, media masa, gerakan masyarakat cinta buku untuk  bersama-sama merangkul pihak-pihak swasta yang mempunyai kepentingan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa untuk mensponsori pendirian perpustakaan-perpustakaan kecil dilingkungan masyarakat seperti desa/kampung dengan bantuan berupa sarana dan prasarana dan koleksi perpustakaan yang pengelolaannya diserahkan kepada Ibu-Ibu PKK atau Karang Taruna.   Supaya gebyarnya lebih meluas  perlu diadakan lomba yang bisa di ekspos oleh media massa lokal maupun  nasional dengan iming-iming berupa hadiah yang menarik sebagaimana  lomba green and clean di Surabaya, dan ini harus dilakukan secara continue setiap tahunnya. 

Peran Lembaga Pendidikan dalam menumbuhkan minat baca
Peranan kepala sekolah sangat penting sebagai ujung tombak terhadap pendirian perpustakan dan fungsi guru dan pustakawan sebagai pengembangan perpustakaan harus selalu mendapat perhatian serius dari pihak pemerintah daerah,  karena banyak sekolah dasar sampai menengah belum memiliki perpustakaan dan kalaupun ada sifatnya stagnasi  dan tidak berkembang karena kesulitan dana.  Pemerintah Daerah yang  sebenarnya harus  memfasilitasi perpustakaan sekolah dengan cara menggandeng pihak-pihak swasta sebagai sponsor atau sebagai mitra.  Perpustakaan keliling yang sudah ada sekarang ini perlu ditingkatnya dan  diperluas jangkauannya dengan penambahan armada dan koleksi setiap tahunnya dan  bukan malah sebaliknya  semakin  tahun semakin menurun dan akhirnya tidak beroperasi lagi  dan ini harus mendapat perhatian serius dari kita semua kalau   menginginkan bangsa kita cerdas dan pandai sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang sudah maju.

Membaca merupakan proses berpikir yang kompleks atau juga disebut sebagai kegiatan aktif reseptif. Hal ini terdiri dari sejumlah kegiatan mulai dari memahami kata-kata atau kalimat yang ditulis oleh penulis, menginterpretasikan konsep-konsep penulis serta menyimpulkannya, sedangkan minat baca merupakan dorongan yang kuat pada seseorang untuk membaca yang ditandai dengan menunjukkan ketertarikan pada berbagai lambang dan simbol.

Minat baca pada setiap orang berbeda-beda, ada yang enggan membaca, ada yang tertarik membaca karena buku yang akan dibaca banyak gambar-gambar yang unik, atau membaca karena terpaksa jika ada tugas atau ulangan saja. Untuk mengatasi dan menumbuhkan minat baca , maka harus ada motivasi dari diri sendiri (motivasi internal) dan motivasi dari luar (motivasi eksternal). Kedua motivasi tersebut haruslah seimbang dan saling mendukung satu sama lain. Agar minat  dalam membaca semakin tinggi.

Selain motivasi yang bersumber dari dalam dan luar. Adapun peran yang tak kalah penting dalam usaha menumbuhkan minat baca, yakni peran perpustakan sekolah. Perpustakaan yang ideal dan baik harusnya mempunyai program dan tujuan yang terencana dan jelas. Hal tersebut perlu dilakukan agar menarik minat seseorang untuk berkunjung ke perpustakaan dan membaca-baca buku

Kalau kita cermati secara seksama sebenarnya untuk menciptakan dan mengembangkan minat baca masyarakat  akan bisa terwujud  kalau semua pihak dari mulai pemerintah, kalangan swasta, pustakawan, dunia pendidikan,  Orang tua, pecinta buku maupun  elemen masyarakat  mau duduk bersama-sama satu meja dan sama-sama berusaha untuk saling melengkapi dari apa yang kurang dan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan bersama yaitu mencerdaskan masyarakat melalui  pemasyarakatan perpustakaan.  Kalau semua sekolah/perguruan tinggi maupun dalam lingkungan kampung/desa tersedia perpustakaan maka  tentu banyak buku yang diperlukan untuk mengisi perpustakaan tersebut.  Dengan demikian betapa banyak penulis buku, penerbit, dan toko buku yang memproduksi dan mengedarkan buku serta mengisi perpustakaan di seluruh negeri. Dengan demikian lapangan kerja terbuka luas dan berpotensi besar dan inilah yang diharapkan oleh pengarang maupun penerbit  supaya dunia buku tidak lesu dan gulung tikar.

C. PERAN PERPUSTAKAAN DIGITAL

Di era informasi ini perpustakaan sekolah di Indonesia pada umumnya masih belum cukup memadai, tetapi kita telah dihadapkan kepada perlunya perpustakaan on-line. Perpustakaan sekolah perlu beralih dari perpustakaan tradisional menjadi perpustakaan modern yang lebih sering disebut dengan pusat sumber belajar atau Learning Resource Center, atau Electronic Resource Center. Bila dalam penyediaan perpustakaan sekolah tradisional, kita telah dihadapkan pada permasalahan bagaimana menyediakan dana untuk mendapatkan koleksi bermutu yang mencukupi, dan setiap saat supaya dapat dilakukan penyiangan dan perbaruan koleksi, dengan perpustakaan on-line kita tentu dituntut untuk menyediakan biaya yang lebih besar.

Terlebih lagi, metode dan teknik baru terus bermunculan dengan kecepatan yang semakin tinggi. Dalam kondisi yang seperti ini, kita membutuhkan jaringan internet ICT (Information and Communication Technology), bandwidth yang bagus, jumlah komputer yang cepat dalam jumlah yang mencukupi, dana yang cukup untuk dapat mengakses data base, dan juga SDM yang mencukupi untuk pemeliharaan peralatan yang canggih tersebut. Tentunya kita juga perlu melatih kembali para pustakawan sekolah, dan membangun sistem pendidikan yang memberdayakan perpustakaan, dan mengintegrasikannya ke dalam kurikulum pendidikan.

Di tempat-tempat terpencil yang mengalami kesulitan sambungan listrik, perlu juga disediakan sistem tenaga sinar matahari dan generator. Bus dapat juga disediakan untuk pelayanan perpustakaan dengan ICT, seperti yang dilakukan di Sarawak, Malaysia (Bolhassan & Razali, 2007). Hanya dengan demikian, kita dapat mempersatukan semua anak sekolah di antara 230 juta penduduk Indonesia yang menyebar dari Sabang hingga Merauke dalam jejaring internet.

Selain itu, di era informasi yang terkoneksi ini, komputer yang tak terhubungkan dengan internet adalah komputer yang memiliki fungsi sangat terbatas. Internet dan konektivitas adalah sarana yang memungkinkan setiap warga Negara menurut keadilan sosial memperoleh informasi dan pendidikan, termasuk pendidikan sepanjang hayat, untuk perolehan kehidupan yang lebih baik Kata kunci yang penting untuk pemberdayaan warga negara melalui jejaring ICT bagi perpustakaan adalah aksesibilitas, konektifitas, pendidikan, dan materi. Yang dimaksud dengan aksesibilitas itu adalah keterjangkauan untuk memiliki atau menggunakan komputer, dan mendapatkan konten yang relevan.

Yang dimaksud dengan konektivitas adalah keterhubungan komputer dengan internet. Komputer adalah alat untuk memasuki dunia informasi dan sumber daya global. Dengan komputer yang terhubungkan dengan internet, pendidikan dapat semakin berfungsi dalam membangun tenaga kerja yang terampil untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, baik secara individual maupun sosial. Pendidikan berteknologi tinggi semakin dibutuhkan pada jaman yang keterampilan membaca, menulis dan berhitung saja ternyata tak cukup untuk menjadi warga negara yang produktif. Yang dimaksud dengan materi adalah bagaimana internet itu memberikan informasi dalam bahasa yang dikenal oleh pengguna, memperhatikan hukum dan budaya yang ada pada masyarakat pengguna, informasi yang relevan, sumber daya dan pelayanan yang tersedia.


PENGERTIAN PERPUSTAKAAN DIGITAL


Di dalam era informasi dimana INTERNET merupakan media yang mudah dimanfaatkan di seluruh pelosok dunia, istilah Digital Library (Perpustakaan Digital), E-Library (Perpustakaan Elektronik), dan Virtual Library (Perpustakaan Maya) mulai sering kita dengar dan menjadi perbendaharaan kosa kata baru dalam bahasa kita. Ketiga istilah tersebut mempunyai konotasi yang sama yaitu merujuk pada perpustakaan yang tidak berujud. Dalam makalah ini penulis akan mengutip salah satu definisi tentang E-Library.

E- Library is a comprehensive digital for information seekers of all ages. Users can do business research, use it for homework, get background materials for term papers, find out about both current and historical events, and more, all in one vast database designed for both depth of content and simplicity of interface.( http://ask.elibrary.com/index.asp)

Kata kunci dari definisi di atas adalah “a comprehensive digital for information seekers” yang mempunyai arti digital secara menyeluruh untuk pencari informasi. Jadi yang di”digitalkan” ,dalam konteks perpustakaan, tidak hanya data bibliografi dan layanannya, tetapi menyangkut semua aspek termasuk isinya (full text).


MANFAAT PERPUSTAKAAN DIGITAL


Seperti sudah disebutkan di atas bahwa pengguna perpustakaan lebih senang menggunakan format secara elektronik daripada secara tradisional. Sebetulnya manfaat perpustakaan digital tidak hanya dirasakan oleh pengguna perpustakaan tetapi juga dapat dirasakan oleh pustakawan atau staf perpustakaan. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya perpustakaan digital adalah sebagai berikut :

Bagi Pengguna Perpustakaan :
  1. mengatasi keterbatasan waktu
  2. mengatasi keterbatasan tempat
  3. memperoleh informasi yang paling baru dengan cepat
  4. mempermudah akses informasi dari berbagai sumber
  5. mempermudah untuk memindah dan merubah bentuk untuk kepentingan presentasi dsb.

Bagi Pustakawan
  1. memperingan pekerjaan
  2. meningkatkan layanan
  3. tidak memerlukan gedung dan ruang yang besar
  4. menumbuhkan rasa bangga

Manfaat perpustakaan Digital :
  1. Dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu karena dapat diakses kapanpun dan dimanapun.
  2. Dapat dengan cepat memperoleh informasi yang baru.
  3. Dapat dengan mudah mengakses informasi dan data yang dibutuhkan dan banyak sumber yang bisa di dapat dengan cepat.
  4. Memudahkan masyarakat dalam mencari buku yang dikehendaki karena tidak perlu datang langsung ke perpustakaan untuk mencari dan membaca buku.
  5. Menghemat pembelian buku, karena dalam perpustakaan digital disediakan buku elektrik (E-Book) yang dapat mengurangi biaya produksi dan percetakaan sehingga dapat menekan harga jual dari buku tersebut.
  6. Data yang diakses dapat di cari dengan pola terstruktur dan data yang dibutuhkan dapat diakses secara bersamaan dalam waktu yang sama.
  7. Dll

Dengan jejaring internet yang sudah dimiliki sekarang, sebenarnya Indonesia telah memiliki modal dasar bagi perpustakaan on-line, yang memungkinkan setiap siswa—bukan siswa di daerah urban saja–memperoleh haknya dalam hal aksesibilitas, konektifitas, pendidikan dan informasi yang dapat dimengerti dan dimanfaatkan oleh siswa. Perpustakaan on-line yang diberdayakan dalam pendidikan formal, informal dan non-formal akan memperkuat keterampilan informasi siswa dalam membangun masyarakat berbasis pengetahuan.

Dengan adanya perpustakaan on-line, pustakawan sekolah perlu mendapatkan pelatihan kembali. Bilamana hal ini tidak dilakukan perpustakaan sekolah akan terkalahkan oleh produsen informasi. Seorang pustakawan sekolah tidak akan lagi mengukur keberhasilannya dengan menghitung berapa orang yang datang mengunjungi perpustakaannya, tetapi seberapa jauh aksesibilitas informasi yang dapat ditawarkan oleh perpustakaannya itu. Pustakawan perlu memahami tentang e-learning, dan dengan demikian perpustakaan yang dikelolanya adalah perpustakaan e-learning.

dengan landasan inilah admin mencoba untuk memperkenalkan perpustaklaan online yang dapat dijadikan rujukan untuk mendapatkan e-book secara gratis dan cuma - cuma agar minat baca masyarakat dapat terus berkembang. 


Admin mohon maaf jika jumlah buku yang dapat disajikan masih sangat minim, hal tersebut dikarenakan minimnya jumlah buku yang dimiliki dan kurangnya waktu untuk mengelola perpustakaan online tersebut. Jika pembaca ingin menyumbangkan e-book yang anda miliki atau memiliki saran dan kritik silahkan sampaikan ke cs.marimembaca@gmail.com
Rendahnya Minat Baca Warga Indonesia Dan Peran Perpustakaan Online Rendahnya Minat Baca Warga Indonesia Dan Peran Perpustakaan Online Reviewed by Wahyumiftahulhuda on Mei 07, 2014 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.